Performa

Performa
Staff Swamitra Gedung Batu

SELAMAT DATANG

Selamat Datang di Blog kami,rekan, saudara, temen yang kebetulan buka ini tolong tinggalin pesan biar kami tahu anda sudah bersedia mampir dirumah kami, makasih

Selasa, 03 April 2012

swamitra Bank Bukopin


Pemberdayaan Koperasi: Bukopin Jadi Bank Sentralnya Swamitra

Bank Bukopin ingin menjadi bank sentral. Lho…! Kan ,sudah ada Bank Indonesia yang melaksanakan peran kebanksentralan di negeri ini?
Jangan kaget dulu! Peran sentral yang ingin dilakukan Bank Bukopin, yang tahun ini genap berusia 40 tahun, memang mirip peran bank sentral. Tentu saja bukan bank sentralnya bank-bank umum.
”Kami bertindak selaku bank sentral, tetapi bank sentralnya Swamitra. Unit-unit usaha Swamitra yang memiliki dana berlebih kita pinjam dan beri bunga dan kemudian disalurkan ke Swamitra yang usahanya berkembang dan membutuhkan dana untuk ekspansi. Jadi, terjadi intermediasi antara pemilik dana dan pihak yang membutuhkan dana,” tutur Direktur Utama Bank Bukopin Glen Glenardi dalam suatu percakapan dengan Kompas, beberapa waktu lalu di Jakarta.
Swamitra adalah unit usaha yang dibentuk atas dasar kemitraan antara Bank Bukopin dan koperasi pedesaan. Tujuannya untuk memodernisasi lembaga bisnis seperti koperasi simpan pinjam. Swamitra itu sendiri merupakan sebuah konsep terobosan dari Bank Bukopin, yang memungkinkan koperasi dan lembaga keuangan mikro mengatasi masalah kelangkaan modal, kepercayaan, dan manajemen melalui kerja sama kemitraan dengan Bank Bukopin menggunakan teknologi mutakhir untuk menjamin pelayanan yang profesional serta jaringan pelayanan yang terpadu.
Kerja sama atau kemitraan yang dibangun itu, menurut Glen, didasarkan pada pertimbangan kepentingan yang sama untuk menciptakan nilai tambah bagi kedua belah pihak, antara koperasi dan Bank Bukopin.
Kini sudah ada 621 Swamitra yang tersebar di seluruh Nusantara dengan perputaran bisnis (omzet) berkisar Rp 1,4 triliun.
Glen melihat perkembangan Swamitra maju pesat. Dari segi jumlah, Swamitra Bukopin terus bertambah dari 387 unit pada tahun 2007 menjadi 464 unit di tahun 2008 dan 488 unit pada tahun 2009. Aset pun terus naik. Tahun 2007 baru sebesar Rp 670 miliar.
Kepada anggotanya, Swamitra memberikan kredit Rp 2 juta sampai Rp 50 juta bagi lebih dari seratus ribu debitornya.
”Kami ingin menjadi bank komunitas dalam arti membangun perekonomian komunitas, ya melalui koperasi simpan pinjam itu,” kata Glen.
Dengan pola pemberdayaan masyarakat, koperasi, usaha mikro, itu kredit yang disalurkan Bukopin hanya sekitar Rp 400 miliar. Artinya, daya dorong perekonomian yang ditimbulkan kredit sebesar itu lebih luar biasa. Itu juga menunjukkan bahwa lembaga perekonomian kecil sesungguhnya mampu tumbuh sehat manakala diberi dorongan.
”Jadi, kita bikin stimulus saja. Misi kami adalah menumbuhkan dan memberdayakan komunitas, bukan memeras rakyat,” tegas Glen.
Dia benar! Soalnya, perbankan sering dituding ”memeras” pengusaha, terutama pengusaha kecil dengan mengenakan suku bunga kredit yang sangat tinggi karena dianggap bisnisnya berisiko. Kesulitan lain bagi usaha kecil itu adalah ketiadaan jaminan atau kolateral sebagai syarat dalam memperoleh pinjaman atau kredit dari perbankan.
Beberapa waktu lalu, merebak kabar keinginan Jamsostek masuk Bukopin menjadi pemegang saham. Langkah itu sebenarnya bisa menciptakan sinergi yang kuat dalam memberdayakan ekonomi keluarga pekerja, antara lain melalui konsep Swamitra.
Meski demikian, bukan berarti Bank Bukopin meninggalkan bisnis korporasi dengan produk-produk kelas atasnya. Bahkan, ke depan, pengembangan Bank Bukopin, menurut Glen, adalah menggarap bisnis yang berkaitan dengan masalah ketahanan pangan nasional.
”Sebenarnya bisnis ini luar biasa. Negara kita negara agraris, penduduk sangat besar, yang tentu sangat rawan jika persoalan ketahanan pangan diabaikan,” katanya.
Berkaitan itu, Glen menyatakan, dukungan dan komitmen pemerintah terhadap Bank Bukopin juga harus ada. (DIS)